Ups....kalau buah hati kita menelan permen karet,bahayakah? moga info dari detikfood ini bermanfaat yaa...
Pernah dilarang mengunyah permen karet waktu kecil? Waktu itu, beredar
banyak mitos tentang tertelannya permen karet, mulai dari menghambat
nafas, menempel di organ tubuh, sampai tertinggal di perut selama tujuh
tahun. Benarkah?
Permen karet dikenal sebagai
chewing gum dalam Bahasa Inggris. Adapula yang disebut
bubblegum, namun perbedaannya hanya karena
bubblegum lebih elastis sehingga dapat ditiup menjadi balon.
Dulu, permen karet terbuat dari
chicle, getah alami yang berasal dari genus pohon Manilkara. Namun, sejak tahun 1960-an,
chicle digantikan oleh karet sintetis
polyisobutylene yang lebih murah, rasanya tahan lebih lama, teksturnya lebih baik, serta tak begitu melekat.
Sekilas,
larangan menelan permen karet terasa masuk akal. Pasalnya, permen ini
lengket dan bisa menempel seperti lem. Di bayangan kita, jika tertelan,
permen karet yang sudah dikunyah juga akan melekat di dalam tubuh dan
tak bisa dikeluarkan saat buang air besar.
Sebenarnya, permen
karet dapat melewati saluran pencernaan dan terbuang di toilet sama
seperti makanan lain. Pasalnya, sistem pencernaan kita sudah dirancang
untuk melarutkan dan membuang apa yang kita masukkan lewat mulut.
Terutama jika permen karetnya berbahan
chicle. Seperti jenis protein lain, getah alami ini mudah dipecah oleh asam lambung.
Kalaupun
terbuat dari bahan sintetis, proses pencernaan permen karet terjadi
dalam waktu beberapa jam, paling lama beberapa hari. Tentu, tak sampai
bertahun-tahun seperti mitos yang beredar. Agar lebih jelas, situs ABC
(04/10/12) mendeskripsikan perjalanan permen karet dari mulut hingga ke
sistem pembuangan tubuh.
Ketika Anda mengunyah, tubuh
mempersiapkan diri untuk mencerna. Kelenjar ludahpun terangsang untuk
menghasilkan air liur di mulut. Kandungan permen karet yang mudah larut,
misalnya gula, dicerna oleh enzim. Namun,
gum base yang tersisa sebagian besar tak tercerna.
Dari mulut, permen karet turun ke kerongkongan dan masuk ke perut dengan
gerak peristaltik yang diaktifkan oleh kegiatan mengunyah. Di sini,
permen karet diaduk-aduk selama beberapa jam, lalu dipindahkan ke usus,
dubur, dan akhirnya berakhir di WC. 'Perjalanan' tersebut lancar karena
permen karet dibawa bersama empedu, enzim pankreas, dan cairan lain.
Meski
demikian, tertelannya permen karet dalam jumlah banyak memang bisa
berakibat serius. Dalam jurnal Gastrointestinal Endoscopy disebutkan
bahwa seorang wanita Israel berusia 18 tahun mengeluhkan sakit perut.
Ternyata, perutnya dipenuhi gumpalan permen karet yang tak tercerna.
Wajar saja, ia menelan setidaknya lima buah permen karet setiap hari
selama beberapa tahun!
Hal ini lebih umum terjadi pada anak
kecil. Karena tidak mengerti, mereka sering menelan permen karet dan
benda-benda kecil. Di dalam tubuh, benda-benda tersebut saling melekat
dan menghambat saluran pencernaan. Umumnya, mereka mendapat permen karet
sebagai hadiah karena telah bersikap baik.
Jika anak mengalami
sembelit setelah menelan permen karet, Anda bisa menceritakannya pada
dokter saat berkunjung. Namun, jika gejalanya berupa ngiler, rasa tidak
nyaman yang parah, serta muntah kuning atau hijau yang tak terkendali,
segera bawa ia ke gawat darurat. Hal ini bisa mengindikasikan
penyumbatan.
Bagaimanapun juga, mencegah lebih baik daripada
mengobati. Jangan biasakan memberi anak hadiah berupa permen karet.
Pastikan pula ia tak menelan permen tersebut. Wah, ternyata larangan
orangtua waktu kita kecil memang benar ya!