Minggu, 23 Februari 2014

Permen Karet tertelan oleh buah hati kita???Bahayakah?????


 Ups....kalau buah hati kita menelan permen karet,bahayakah? moga info dari detikfood ini bermanfaat yaa...

Pernah dilarang mengunyah permen karet waktu kecil? Waktu itu, beredar banyak mitos tentang tertelannya permen karet, mulai dari menghambat nafas, menempel di organ tubuh, sampai tertinggal di perut selama tujuh tahun. Benarkah?

Permen karet dikenal sebagai chewing gum dalam Bahasa Inggris. Adapula yang disebut bubblegum, namun perbedaannya hanya karena bubblegum lebih elastis sehingga dapat ditiup menjadi balon.

Dulu, permen karet terbuat dari chicle, getah alami yang berasal dari genus pohon Manilkara. Namun, sejak tahun 1960-an, chicle digantikan oleh karet sintetis polyisobutylene yang lebih murah, rasanya tahan lebih lama, teksturnya lebih baik, serta tak begitu melekat.

Sekilas, larangan menelan permen karet terasa masuk akal. Pasalnya, permen ini lengket dan bisa menempel seperti lem. Di bayangan kita, jika tertelan, permen karet yang sudah dikunyah juga akan melekat di dalam tubuh dan tak bisa dikeluarkan saat buang air besar.

Sebenarnya, permen karet dapat melewati saluran pencernaan dan terbuang di toilet sama seperti makanan lain. Pasalnya, sistem pencernaan kita sudah dirancang untuk melarutkan dan membuang apa yang kita masukkan lewat mulut. Terutama jika permen karetnya berbahan chicle. Seperti jenis protein lain, getah alami ini mudah dipecah oleh asam lambung.

Kalaupun terbuat dari bahan sintetis, proses pencernaan permen karet terjadi dalam waktu beberapa jam, paling lama beberapa hari. Tentu, tak sampai bertahun-tahun seperti mitos yang beredar. Agar lebih jelas, situs ABC (04/10/12) mendeskripsikan perjalanan permen karet dari mulut hingga ke sistem pembuangan tubuh.

Ketika Anda mengunyah, tubuh mempersiapkan diri untuk mencerna. Kelenjar ludahpun terangsang untuk menghasilkan air liur di mulut. Kandungan permen karet yang mudah larut, misalnya gula, dicerna oleh enzim. Namun, gum base yang tersisa sebagian besar tak tercerna.

 Dari mulut, permen karet turun ke kerongkongan dan masuk ke perut dengan gerak peristaltik yang diaktifkan oleh kegiatan mengunyah. Di sini, permen karet diaduk-aduk selama beberapa jam, lalu dipindahkan ke usus, dubur, dan akhirnya berakhir di WC. 'Perjalanan' tersebut lancar karena permen karet dibawa bersama empedu, enzim pankreas, dan cairan lain.

Meski demikian, tertelannya permen karet dalam jumlah banyak memang bisa berakibat serius. Dalam jurnal Gastrointestinal Endoscopy disebutkan bahwa seorang wanita Israel berusia 18 tahun mengeluhkan sakit perut. Ternyata, perutnya dipenuhi gumpalan permen karet yang tak tercerna. Wajar saja, ia menelan setidaknya lima buah permen karet setiap hari selama beberapa tahun!

Hal ini lebih umum terjadi pada anak kecil. Karena tidak mengerti, mereka sering menelan permen karet dan benda-benda kecil. Di dalam tubuh, benda-benda tersebut saling melekat dan menghambat saluran pencernaan. Umumnya, mereka mendapat permen karet sebagai hadiah karena telah bersikap baik.

Jika anak mengalami sembelit setelah menelan permen karet, Anda bisa menceritakannya pada dokter saat berkunjung. Namun, jika gejalanya berupa ngiler, rasa tidak nyaman yang parah, serta muntah kuning atau hijau yang tak terkendali, segera bawa ia ke gawat darurat. Hal ini bisa mengindikasikan penyumbatan.

Bagaimanapun juga, mencegah lebih baik daripada mengobati. Jangan biasakan memberi anak hadiah berupa permen karet. Pastikan pula ia tak menelan permen tersebut. Wah, ternyata larangan orangtua waktu kita kecil memang benar ya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar